Penyakit ini disebabkan urine tikus yang masuk ke tubuh manusia melalui luka, penyakit ini menyebabkan demam tinggi dan nyeri sendi.
Apa itu penyakit leptospirosis (Penyakit Kencing Tikus)?
Penyakit ini disebabkan bakteri leptospira berbentuk spiral yang menyerang hewan dan manusia. Bakteri ini mempunyai ratusan serotipe.
Bagaimana penularannya pada manusia?
Penularan penyakit ini bisa melalui tikus, babi, sapi, kambing, kuda, anjing, serangga, burung, landak, kelelawar dan tupai.
Namun khusus yang terjadi di daerah banjir seperti Jakarta, penularannya melalui air kencing tikus.
Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui: permukaan kulit yang terluka, selaput lender mata dan hidung (misalnya saat mencuci muka). Bisa juga melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi setitik urine tikus yang terinfeksi leptospira, kemudian dimakan dan diminum manusia.
Urine tikus yang mengandung bibit penyakit leptospirosis dapat mencemari air di kamar mandi atau makanan yang tidak disimpan pada tempat yang aman.
Sejauh ini tikus merupakan reservoir (sumber) dan sekaligus penyebar utama penyebab leptospirosis. Beberapa jenis hewan lain (sapi, kambing, domba, kuda, babi, anjing) dapat terserang leptospirosis, tetapi potensi hewan-hewan ini menularkan leptospirosis ke manusia tidak sehebat tikus. Leptospirosis tidak menular langsung dari pasien ke pasien.
Seperti apa gejala-gejala penyakitnya?
Penyakit ini ditandai demam menggigil, pegal linu, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, batuk kering, mual, muntah, sampai mencret-mencret.
Orang sering mengira itu gejala masuk angin, flu, atau typhus, sehingga pengobatannya pun tradisional, biasa, seperti dikerok menggunakan uang logam, kemudian dibalur obat gosok dan minum obat sakit kepala.
Bila semakin parah, gejala yang disebut di atas tidak mereda, justru muncul nyeri luar biasa pada sejumlah bagian badan, sehingga membuat penderita tidak sanggup duduk atau berdiri. Jika pada tahapan ini tidak diobati gejala bertambah parah dan tampak lebih khas.
Oleh karena penyakit ini menyerang hati, pada stadium lanjut muncul gejala penyakit kuning. Kulit dan putih mata menjadi kekuningan, selain tampak pula mata merah layaknya sedang sakit mata. Demam, kuning dan mata merah, dianggap khas pada leptosprirosis . Adakalanya terjadi perdarahan. Bunyi para-paru abnormal, dan kemungkinan kulit meruam merah.
Gejala leptospirosis menjadi lebih berat jika tidak diobati atau obatnya salah alamat. Selain komplikasi ke hati menimbulkan gejala penyakit kuning, komplikasi ke selaput otak menimbulkan gejala nyeri kepala, kejang-kejang, leher kaku, dan penurunan kesadaran. Komplikasi ke ginjal umumnya bersifat fatal. Angka kefatalan penyakit leptospirosis mencapai 5 persen, artinya 5 dari setiap 100 kasus bisa tewas.
Siapa saja yang rentan tertular?
Lazimnya penyakit ini terjadi di daerah pertanian dan menyerang kelompok orang tertentu (occupational disease), seperti petani yang bekerja di sawah, pekerja perkebunan, pekerja rumah potong hewan, serta pekerja lain yang selalu kontak langsung dengan urine maupun jaringan hewan seperti dokter hewan, pekerja laboratorium, mantri hewan.
Penularan leptospirosis pada petani dapat dimengerti karena tikus sawah umumnya tinggal di pematang sawah sehingga urine tikus tersebut mencemari air sawah dan menulari petani lewat luka atau goresan kulit sewaktu mempersiapkan sawah untuk menanam padi.
Risiko kematian akibat penyakit ini?
Angka kematian akibat leptospirosis tergolong tinggi, mencapai 2,5 sampai 16,45 persen atau rata-rata 7,1 persen. Bahkan pada penderita berusia di atas 50 tahun, risiko kematian lebih besar, bisa mencapai 56 persen. Pada penderita yang sudah mengalami kerusakan hati yang ditandai selaput mata berwarna kuning, risiko kematian akibat leptospirosis lebih tinggi lagi.
Pengobatannya?
Kalau Anda terserang leptospirosis, itu bukan berarti akhir dari segalanya. Leptospirosis bukan penyakit ganas. Obatnya mudah didapat dan murah. Hanya saja di awal-awal kasusnya mungkin luput didiagnosis.
Selain antibiotika golongan penicilline, kuman juga peka terhadap streptomycine, chloramphenicol dan erythromycine. Harga jenis antibiotika klasik ini tergolong tidak tinggi, selain mudah didapat, bahkan di Puskesmas sekali pun.
Jika diobati selagi masih dini, prognosis leptospirosis umumnya baik. Bisa lain nasib pasien jika terapi terlambat diberikan. Sudah disebut komplikasi leptospirosis paling jelek jika sudah merusak ginjal, selain hati, dan otak.
Langkah pencegahan yang bisa dilakukan?
Antara lain dengan menjaga kebersihan lingkungan. Tempat-tempat yang kemungkinan bisa dijadikan tempat bersarangnya tikus, segera dibersihkan agar tak ada tempat sedikitpun untuk berkembangbiaknya bakteri leptospira yang mematikan.
Kuman leptospira ini mampu bertahan hidup bulanan di air dan tanah, dan mati oleh desinfektans seperti lisol. Maka upaya “lisolisasi” seluruh permukaan lantai, dinding, dan bagian rumah yang diperkirakan tercemar air kotor banjir yang mungkin sudah berkuman leptospira, dianggap cara mudah dan murah mencegah “mewabah”-nya leptospirosis.
Selain sanitasi sekitar rumah dan lingkungan, hygiene perorangannya dilakukan dengan menjaga tangan selalu bersih . Selain terkena air kotor , tangan tercemar kuman dari hewan piaraan yang sudah terjangkit penyakit dari tikus atau hewan liar. Hindari berkontak dengan kencing hewan piaraan.
Biasakan memakai pelindung, seperti sarung tangan karet sewaktu berkontak dengan air kotor, pakaian pelindung kulit, beralas kaki, memakai sepatu bot, terutama jika kulit ada luka, borok, atau eksim. Biasakan membasuh tangan sehabis menangani hewan, ternak, atau membersihkan gudang, dapur, dan tempat-tempat kotor.